Capaian Pembelajaran CP PAUD TK RA Tahun 2025 2026 ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor 046/H/KR/2025 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah.
Beberapa alasan Capaian Pembelajaran PAUD atau
disebut sebagi fase fondasi. Pertama, Capaian Pembelajaran di PAUD mencerminkan
nilai karakter yang tertuang di dalam 8 dimensi profil lulusan, serta kompetensi
yang tertuang di dalam Standar Kompetensi Lulusan untuk Anak Usia Dini (atau Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak - STPPA), yang merupakan landasan atau fondasi
sebelum membangun kemampuan yang lebih kompleks pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Rumusan Capaian Pembelajaran dibuat fleksibel untuk memberikan lebih banyak ruang
kemerdekaan bagi satuan PAUD dalam merancang tujuan pembelajaran yang mencerminkan
visi dan misinya. Beragam keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan sumber daya masyarakat
Indonesia adalah sinyal bahwa penjabaran mengenai apa yang perlu dipelajari di satuan
PAUD harus tetap menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan ekosistemnya
dalam menentukan bagaimana mereka akan menggunakan semua potensi yang dimiliki untuk
mencapai Capaian Pembelajaran.
Kedua, Capaian Pembelajaran dirumuskan sebagai
suatu nilai dan kompetensi untuk dicapai pada akhir partisipasi murid di satuan
PAUD, dan karenanya tidak perlu dikunci menjadi capaian per usia. Rancangan ini
didasarkan pada pendekatan konstruktivistik yang memposisikan murid sebagai individu
yang aktif mengonstruksi pengetahuannya sendiri, yang dipengaruhi oleh perbedaan
pengalaman, latar belakang, dan lingkungan, sehingga menyebabkan variasi dalam proses
belajar. Artinya, rancangan ini berpijak pada kepercayaan bahwa laju perkembangan
anak beragam, sehingga Capaian Pembelajaran tidak dapat disekat-sekat berdasarkan
rentang usia.
Ketiga, Capaian Pembelajaran PAUD (fase fondasi)
juga mempertimbangkan kemampuan yang perlu dimiliki murid untuk memudahkan transisinya
dari PAUD ke SD. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan fondasi, yang terdiri dari:
a)
mengenal
nilai agama dan budi pekerti;
b)
kematangan
emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar;
c)
keterampilan
sosial dan bahasa yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan teman sebaya dan
individu lainnya;
d)
pemaknaan
terhadap belajar yang positif;
e)
pengembangan
keterampilan motorik dan perawatan diri untuk dapat berpartisipasi di lingkungan
satuan pendidikan secara mandiri; dan
f)
kematangan
kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti dasar literasi, numerasi, serta
pemahaman dasar mengenai bagaimana cara dunia bekerja.
Kemampuan fondasional ini juga merupakan kemampuan
yang dapat membantu anak usia dini memiliki kesiapan bersekolah. Kesiapan bersekolah
murid tidak harus dicapai sebelum murid masuk ke jenjang pendidikan dasar, melainkan
dapat terus dibangun bertahap mulai dari lingkup pembelajaran fase fondasi di PAUD
hingga akhir fase A. Cara pandang ini lebih sesuai untuk konteks Indonesia di mana
tidak semua murid pernah berpartisipasi di PAUD. Artinya, setiap murid berhak mendapatkan
pembinaan kemampuan fondasional, walaupun titik berangkatnya ada yang dimulai sejak
PAUD, maupun yang baru dibangun saat duduk di jenjang pendidikan dasar. Cara pandang
ini juga menghargai keragaman murid dalam berproses. Landasan teori dari penyusunan
kemampuan fondasional yang dibangun mulai dari Capaian Pembelajaran Fase Fondasi
hingga Capaian Pembelajaran Fase A dalam satu lajur pembelajaran, berpijak pada
berbagai hasil studi yang memaknai periode anak usia dini adalah usia 0-8 tahun
(UNESCO; Shonkoff et al., 2016). Konsekuensi dari hal ini adalah kegiatan pembelajaran
di satuan PAUD dan pendidikan dasar di fase A perlu dijaga kesinambungan dan keselarasannya
karena menyasar target murid yang sama.
Penyusunan kemampuan fondasional sebagai dasar
rumusan Capaian Pembelajaran di PAUD (fase fondasi) hingga jenjang pendidikan dasar
kelas awal (fase A), juga bermaksud untuk menghilangkan miskonsepsi bahwa kemampuan
calistung (membaca-menulis-berhitung) adalah satu-satunya bukti keberhasilan belajar
pada anak usia dini dan dapat dibangun secara instan. Literasi tidak sebatas pada
keaksaraan yang berujung pada baca dan tulis saja. Pada kemampuan literasi, aspek
kemampuan yang perlu dibangun juga meliputi kemampuan bertutur, pengetahuan latar,
perbendaharaan kosakata, kesadaran fonemik, dan kesadaran cetak (Stewart, 2014).
Kemampuan fondasi yang perlu dibangun pada anak usia dini juga bukan hanya kemampuan literasi dan numerasi. Ada ragam kemampuan fondasi yang perlu dimiliki anak usia dini agar dapat berkembang secara utuh, antara lain kemampuan mengelola emosi, kemandirian, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan berbahasa, dan utamanya pemaknaan terhadap belajar yang positif (Anggriani & Royanto, 2023). Kemampuan fondasi ini juga selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif (PAUD HI). Dengan membangun kemampuan fondasi ini secara utuh melalui Capaian Pembelajaran Fase Fondasi dan kemudian dilanjutkan melalui Capaian Pembelajaran Fase A, murid akan memiliki bekal untuk menjadi pelajar sepanjang hayat dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Keempat, sebagai bentuk advokasi bahwa di PAUD
ada proses pembelajaran. Perkembangan otak pada usia dini sangatlah pesat dan merupakan
kesempatan yang tak kembali. Masa ini merupakan fondasi untuk pembelajaran di tahap
selanjutnya. Kurikulum PAUD perlu menyerukan bahwa bermain adalah belajar. Bermain
dan belajar bukanlah dikotomi dan merupakan kesatuan tak terpisahkan dalam periode
usia dini (Wallerstedt & Pramling dalam Plye & Daniels, 2017) serta mampu
menumbuhkan motivasi intrinsik untuk belajar sehingga murid lebih bersemangat untuk
beradaptasi dan mempelajari hal-hal baru (Gardner, 2012). Sesungguhnya proses belajar
terbaik bagi anak usia dini adalah melalui bermain (bermain adalah belajar). Artinya,
tidak perlu lagi ada keraguan untuk menyebutkan bahwa di PAUD murid akan belajar.
Keraguan akan mengurangi “daya jual” PAUD bagi masyarakat karena merasa yang dilakukan
di PAUD “hanya bermain saja”. Pemahaman tentang kemampuan yang perlu dibangun pada
murid melalui kurikulum PAUD juga merupakan advokasi pada masyarakat tentang manfaat
memasukkan anaknya di PAUD, utamanya dalam rangka penerapan 1 tahun wajib belajar
pra sekolah.
Pertimbangan konseptual dalam perumusan kurikulum
PAUD. Kurikulum PAUD menyajikan kemampuan yang perlu dibangun pada murid berdasarkan
elemen-elemen domain yang membentuk kemampuan yang penting dibangun pada anak usia
dini. Elemen-elemen ini dirumuskan berdasarkan pertimbangan aspek perkembangan anak
yang mencakup (1) nilai agama dan akhlak mulia, (2) nilai Pancasila, (3) fisik motorik,
(4) kognitif, (5) bahasa, dan (6) sosial emosional, dimensi profil lulusan, serta
berbagai referensi literatur. Pertimbangan konseptual untuk dasar perumusan elemen
di dalam Capaian Pembelajaran Fase
Fondasi beserta lingkup Capaian Pembelajaran
adalah sebagai berikut.
Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti
Lingkup Capaian Pembelajaran |
Deskripsi Lingkup Capaian
Pembelajaran |
Nilai Agama |
Nilai Agama pada konteks PAUD meliputi kemampuan
murid dalam mengenal konsep hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa serta kebiasaan
praktik ibadah agama atau kepercayaannya. |
Budi Pekerti |
Budi Pekerti pada konteks PAUD meliputi karakter
dan perilaku akhlak mulia melalui sikap kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan
tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, dan ditunjukkan saat murid berinteraksi
dan menghargai sesama manusia termasuk perbedaan agama dan kepercayaan, serta
lingkungan sekitar sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. |
Rasa Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Kesehatan |
Rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
konteks PAUD diwujudkan dengan sikap menghargai diri yang ditunjukkan saat murid
mampu menjaga diri, kebersihan, dan kesehatan diri. |
Pertimbangan konseptual untuk perumusan elemen.
Elemen ini bertujuan untuk membangun nilai agama
dan perilaku akhlak mulia pada murid sejak dini. Nilai agama ditunjukkan dengan
kesediaan murid dalam mengenal ajaran agama yang dianut dan mempraktikkan ibadah
sesuai agama/ kepercayaannya. Akhlak mulia terbangun saat memiliki kesadaran bahwa
Tuhan yang menciptakan dirinya. Kesadaran inilah yang menjadi fondasi murid untuk
berperilaku baik terhadap dirinya, sesama manusia, alam, dan lingkungan sekitar
dalam kehidupan sehari-hari melalui di antaranya sikap kasih sayang, kejujuran,
keadilan, dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan sesama. Perilaku akhlak mulia
juga ditunjukkan melalui rasa sayang terhadap dirinya dan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Perilaku ini membuat murid berpartisipasi aktif menjaga kebersihan,
kesehatan, dan keselamatan diri.
Elemen Jati Diri
Lingkup Capaian Pembelajaran |
Deskripsi Lingkup Capaian Pembelajaran |
Identitas Diri |
Identitas diri pada konteks di PAUD meliputi
mengenali diri (gender, agama, dan sosial budaya) dan menyadari dirinya bagian
dari keluarga, negara, dan dunia. |
Sosial Emosional |
Sosial emosional pada konteks PAUD meliputi
memiliki kematangan emosi dan sosial untuk berkegiatan di lingkungan belajar.
|
Fisik Motorik |
Fisik motorik pada konteks PAUD meliputi kemampuan
motorik kasar, halus, dan taktil sehingga dapat mendukung kemudahan dan kemandiriannya
dalam berkegiatan sehari-hari. |
Pertimbangan konseptual untuk perumusan elemen.
Elemen ini bertujuan agar murid mengenal identitas dirinya. Identitas diri penting
dalam membangun kemampuan murid agar memiliki kepercayaan diri (memiliki rasa sayang
dan perhatian kepada diri sendiri sejak dini sebelum dan seiring memunculkan rasa
sayang dan perhatian kepada orang maupun hal-hal di luar diri sendiri), mampu membangun
hubungan sosial yang sehat, mengembangkan kemampuan sosial emosional yang baik,
dan kesadaran untuk merawat dirinya.
Memiliki rasa sayang dan perhatian kepada diri
sendiri sejak dini sebelum dan seiring memunculkan rasa sayang dan perhatian kepada
orang maupun hal-hal di luar diri sendiri. Murid yang memiliki identitas diri yang
positif akan memiliki well-being dan berinteraksi yang baik, kemandirian untuk merawat
dirinya, kemampuan mengelola emosi, dan kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari
komunitas. Melalui elemen ini diharapkan agar rasa tersebut menjadi bekalnya untuk
terus ingin meningkatkan kemampuan dirinya dalam aspek sebagai berikut.
Sosial emosional: kematangan emosi merupakan
kemampuan fondasional yang perlu dibangun sejak di PAUD, dan menjadi bekal murid
untuk dapat berinteraksi dengan sehat dan meregulasi dirinya untuk dapat mengikuti
berbagai kegiatan pembelajaran.
Identitas Diri: murid menyadari bahwa dirinya
memiliki identitas diri yang unik. Identitas dirinya terbentuk berdasarkan berbagai
karakteristik, mulai dari yang konkrit (fisik) hingga yang lebih abstrak (minat,
kebutuhan, agama, sosial budaya, negara, dunia) sehingga dapat dibangun secara bertahap.
Dengan mengenal berbagai karakteristik ini, dapat menumbuhkan kepedulian sehingga
murid memiliki kebiasaan baik, mengenali aturan, serta menjaga lingkungan.
Kematangan untuk berinteraksi: murid dapat matang
dalam berkegiatan di lingkungan belajar saat dia sadar bahwa dunia bukan hanya tentang
dirinya, tapi murid harus berbagi dengan individu lain. Murid juga menyadari bahwa
di lingkup yang berbeda-beda, seperti keluarga, satuan pendidikan dan seterusnya,
murid memiliki peran, termasuk perannya sebagai warga negara Indonesia.
Fisik motorik: Bagi anak usia dini, perkembangan
fisik motorik sangatlah penting. Terbangunnya kemampuan motorik kasar, halus dan
taktil akan berkontribusi pada kemandirian murid dalam berkegiatan sehari-hari,
termasuk merawat dirinya.
Elemen Dasar-Dasar Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa, dan Seni
Lingkup Capaian Pembelajaran |
Deskripsi Lingkup Capaian Pembelajaran |
Literasi |
Literasi pada konteks PAUD meliputi kemampuan
dasar yang diperlukan murid untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya baik
secara lisan dan/atau tertulis melalui pengalaman dan praktik yang menyenangkan
dan bermakna. Kemampuan dasar literasi meliputi kemampuan bertutur, pengetahuan
latar, kosakata, kesadaran teks, kesadaran fonemik dan keaksaraan, kemampuan dalam
menyimak, memahami pesan sederhana, dan mengekspresikan gagasan maupun pertanyaan
untuk berkomunikasi dan bekerja sama. |
Matematika |
Matematika pada konteks PAUD meliputi kemampuan
menyatakan hubungan antar bilangan dengan berbagai cara (kesadaran bilangan),
mengidentifikasi pola, mengenali bentuk dan karakteristik benda di sekitar yang
dapat dibandingkan dan diukur, analisis data, mengklasifikasi objek, dan kesadaran
mengenai waktu. |
Sains |
Sains pada konteks PAUD meliputi kemampuan
dasar murid untuk memahami dunia sekitarnya dengan membangun pemahaman akan hubungan
sebab akibat yang dipengaruhi oleh hukum alam dan pengenalan strategi pemecahan
masalah sehari-hari. |
Teknologi |
Teknologi dalam konteks PAUD meliputi kemampuan
awal untuk mengenali bentuk dan fungsi benda buatan manusia yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari serta memahami penggunaannya secara aman dan bertanggung
jawab. |
Rekayasa |
Rekayasa dalam konteks PAUD meliputi kemampuan
merencanakan dan merancang sesuatu untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. |
Seni |
Seni pada konteks PAUD meliputi berbagai kegiatan
sederhana yang ditujukan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas melalui
eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi karya seni. |
Pertimbangan konseptual untuk perumusan elemen
Elemen ini bertujuan untuk mendukung kemampuan
akademik murid di jenjang pendidikan selanjutnya. Masa PAUD menjadi awal atau fondasi
bagi proses belajar secara formal sehingga penting menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai
dirinya sendiri, orang lain, dan dunia. Pemahaman dan keterampilan dasar inilah
yang menjadi bekal murid kita untuk dapat berpikir, bereksplorasi, berkreasi, dan
memahami cara dunia bekerja.
Kemampuan dasar literasi merupakan kemampuan fondasional agar murid dapat berkomunikasi, membaca, dan menulis. Kemampuan dasar literasi meliputi kemampuan bertutur, pengetahuan latar, kosakata, kesadaran teks, kesadaran fonemik, dan keaksaraan. Kemampuan dalam menyimak juga turut menjadi kemampuan yang perlu dibangun untuk menunjang kemampuan murid untuk berkomunikasi dan menguatkan kemampuannya dalam mempertahankan perhatian/fokus. Proses belajar meliputi keberadaan murid di tengah lingkungan yang kaya keaksaraan, menempatkan murid sebagai pelaku aktif dan tidak melalui kegiatan yang nirkonteks (drilling).
Kemampuan dasar matematika merupakan kemampuan fondasional agar murid memiliki kerangka berpikir yang kritis dan mampu mengikuti materi di jenjang pendidikan selanjutnya. Kemampuan dasar matematika meliputi kepekaan bilangan (kemampuan murid dalam merasakan makna bilangan dengan menggunakan benda benda konkret sehingga akhirnya terbangun keterampilan menyatakan hubungan antar bilangan; pola (kemampuan murid untuk dapat mengenali pola sebagai sesuatu yang berulang dan memahami bahwa terdapat hubungan antar konsep pola yang satu dengan yang lainnya); geometri (meliputi pengenalan bentuk, posisi atau pemahaman yang berkaitan dengan arah, jarak dan posisi, transformasi dan visualisasi spasial (atau ketepatan dalam menempatkan suatu objek ke dalam suatu ruang atau cara mengepak sesuatu atau membangun sesuatu).
Kemampuan dasar murid untuk memahami dunia sekitarnya dengan membangun pemahaman akan hubungan sebab akibat yang dipengaruhi oleh hukum alam dan pengenalan strategi pemecahan masalah sehari-hari.
Kemampuan awal untuk mengenali bentuk dan fungsi
benda buatan manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta memahami penggunaannya
secara aman dan bertanggung jawab. Pemahaman dan penguasaan teknologi sederhana
juga akan mendukung kemampuan murid dalam merencanakan dan merancang sesuatu untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan.
Keluwesan dalam berpikir (kreatif). Kemampuan dalam mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi karya seni.
Ketiga elemen ini merupakan kemampuan fondasional untuk murid melanjutkan di pendidikan selanjutnya.
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan rujukan bagi
satuan pendidikan dalam merancang pembelajaran di satuan pendidikan bagi murid.
Dalam konteks PAUD, CP memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di
satuan PAUD dalam membangun nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan fondasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar, serta
sebagai pelajar sepanjang hayat.
Tujuan dari Capaian Pembelajaran pada Kurikulum
PAUD (Fase Fondasi) adalah terbangunnya kemampuan fondasional dengan memperhatikan
kesejahteraan (well-being) murid. Well-being dimaknai sebagai keadaan/kondisi fisik,
mental, dan sosial emosional murid yang sehat, bahagia, aman, dan nyaman. Kemampuan
yang dibangun melalui Capaian Pembelajaran Fase Fondasi, mencerminkan peran PAUD
dalam membangun nilai agama dan akhlak mulia, nilai Pancasila, serta perkembangan
fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional pada anak usia dini.
Karakteristik Lingkup Capaian Pembelajaran
Karakteristik lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi berbeda dengan karakteristik lingkup Capaian Pembelajaran untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi berisikan sejumlah kompetensi yang dapat diibaratkan serupa dengan sejumlah mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Capaian Pembelajaran bagi anak usia dini perlu membangun enam aspek perkembangan berikut: nilai agama dan akhlak mulia, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan nilai Pancasila. Keenam aspek ini kemudian dirumuskan menjadi tiga elemen di dalam Capaian Pembelajaran Fase Fondasi yang dirumuskan secara terintegrasi.
Capaian Pembelajaran dalam pengelompokannya disebut
elemen agar satuan PAUD memahami bahwa pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut dapat dilakukan secara holistik (walaupun juga dapat saja satuan PAUD memilih
untuk mengorganisasikan pembelajarannya berdasarkan area kemampuan, seperti literasi,
fisik motorik, matematika, agama dan budi pekerti, seni, dan seterusnya). Hal yang
utama, seluruh rancangan pembelajaran menempatkan murid sebagai pelaku aktif (“bermain
adalah belajar”).
Rumusan kemampuan yang perlu dimiliki oleh murid
pada akhir PAUD disajikan dalam bentuk narasi sehingga dipahami sebagai kalimat
utuh. Saat disajikan dalam kalimat utuh, satuan PAUD berkesempatan untuk memaknai
kompetensi yang perlu dibangun sebagai satu informasi.
Capaian pembelajaran PAUD juga dirancang agar
dapat mengasah berbagai aspek perkembangan secara bersamaan tanpa harus menyekat
bahwa satu kegiatan hanya mengasah satu aspek perkembangan saja. Capaian pembelajaran
di PAUD juga dirancang agar murid memiliki fondasi yang kokoh dalam hal berpikir
kritis, kreatif, dan ragam kemampuan dan pemahaman dasar lainnya. Jauh lebih mendalam
dari sekedar pemberian stimulasi berdasarkan aspek perkembangan.
Karakteristik Pembelajaran PAUD
a)
Pendidik
perlu memahami dan menerapkan karakteristik pembelajaran yang perlu terjadi agar
tujuan Capaian Pembelajaran Fase Fondasi tercapai. Karakteristik pembelajaran sebagai
berikut.
b)
Interaksi
dengan murid yang mencerminkan rasa menghargai dan menghormati murid.
c)
Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk mendorong rasa ingin tahu murid dan memberikan pengalaman
yang menyenangkan agar tercapainya tujuan pembelajaran.
d)
Perancangan
kegiatan pembelajaran memperhatikan laju perkembangan, minat, dan kebutuhan murid
yang berbeda.
e)
Penyusunan
tujuan pembelajaran mampu memunculkan tantangan bagi murid.
f)
Pencapaian
tujuan pembelajaran dilakukan dengan pemberian bimbingan dan dukungan pada murid.
g)
Pencapaian
tujuan pembelajaran dilakukan melalui kemitraan dengan keluarga.
h)
Pemanfaatan
lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar.
i)
Pelaksanaan
asesmen selalu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.
j)
Penerapan
asesmen dilakukan dengan cara autentik (mengamati perilaku/kemampuan murid secara
alami dan apa adanya yang ditampilkan murid), sehingga lebih adil dalam mendokumentasikan
perilaku dank emampuan yang teramati.
Penerapan karakteristik tahapan perkembangan
anak pada pembelajaran di PAUD: Dalam merancang pembelajaran, kurikulum PAUD menempatkan
karakteristik perkembangan anak sebagai referensi dalam merancang pembelajaran,
bukan tujuan. Tahapan perkembangan anak secara umum tetap sangat perlu untuk diketahui
oleh pendidik, utamanya untuk merancang cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan
murid sesuai tahapan usianya.
Rumusan Capaian Pembelajaran Fase Fondasi yang terdiri dari tiga elemen yang saling terkait adalah sebagai berikut.
a)
Nilai
Agama dan Budi Pekerti
Subelemen di dalam Elemen
Nilai Agama dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut.
Murid percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dirinya, makhluk lain dan alam, serta mulai
mengenal dan mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan agama dan kepercayaannya;
Murid menghargai diri
sendiri dan memiliki rasa syukur terhadap Tuhan YME sehingga dapat berpartisipasi
aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan dirinya;
Murid menghargai sesama
manusia dengan berbagai perbedaannya sehingga mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak
mulia; dan Murid menghargai alam dan seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
b)
Jati
Diri
Subelemen di dalam Elemen
Jati Diri adalah sebagai berikut.
Murid mengenali identitas
dirinya yang terbentuk oleh karakteristik fisik dan gender, minat, kebutuhan, agama,
dan sosial budaya;
Murid mengenali kebiasaan-kebiasaan
di lingkungan keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat;
Murid mengenali, mengekspresikan,
dan mengelola emosi diri, serta membangun hubungan sosial secara sehat;
Murid mengenali perannya
sebagai bagian dari keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan warga negara Indonesia
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan dan norma yang berlaku,
dan mengetahui keberadaan negara lain di dunia; dan Murid memiliki fungsi gerak
(motorik kasar, halus, dan taktil) untuk merawat dirinya, membangun kemandirian
dan berkegiatan).
c)
Dasar-dasar
Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni
Subelemen di dalam Elemen
Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni adalah sebagai
berikut.
Murid mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta membangun percakapan, menunjukkan minat, dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca;
Murid memiliki kepekaaan
bilangan; mengidentifikasi pola; memiliki kesadaran tentang bentuk, posisi, dan
ruang; menyadari adanya persamaan dan perbedaan karakteristik antar objek; mampu
melakukan pengukuran dengan satuan tidak baku; dan memiliki kesadaran mengenai waktu;
Murid mampu mengamati,
menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu memecahkan masalah sederhana,
serta mengetahui hubungan sebab akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi
oleh hukum alam dan kondisi sosial;
Murid menunjukkan kemampuan
awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan,
dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab.
Bagi yang mau membaca lengkap Capaian
Pembelajaran Fase Fondasi Di Akhir Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (Taman
Kanak-Kanak, Taman Kanak-Kanak Luar Biasa, Raudhatul Athfal, Kelompok Bermain,
Taman Penitipan Anak, atau Bentuk Lain Yang Sederajat) silahkan baca salinan Keputusan Kepala BSKAP Kemendikdasmen Nomor 046/H/KR/2025.
Link dwonload Keputusan Kepala BSKAP Kemendikdasmen Nomor 046/H/KR/2025
Link download Contoh RPH, Modul Ajar dan Media Pembelajaran untuk PAUD
Demikian informasi tentang Capaian Pembelajaran CP PAUD TK RA Tahun 2025 2026 berdasarkan Keputusan Kepala BSKAP Kemendikdasmen Nomor 046/H/KR/2025. Terima kasih, semoga ada manfaatnya.
Post a Comment for "CAPAIAN PEMBELAJARAN PAUD TK RA TAHUN 2025 2026"