Modul Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang SD (Sekolah Dasar). Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Pemerintah menetapkan program ini sebagai langkah strategis untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045, dengan meningkatkan status gizi peserta didik di seluruh satuan pendidikan. Melalui MBG, pemerintah berupaya memastikan bahwa anak-anak Indonesia memperoleh asupan gizi yang cukup dan berkualitas agar tumbuh menjadi sumber daya manusia yang sehat secara fisik, cerdas secara intelektual, dan produktif dalam berkarya.
Anak-anak usia sekolah saat
ini merupakan bagian penting dalam struktur bonus demografi Indonesia pada
tahun 2035. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi sejak dini, mulai dari
dalam kandungan hingga usia sekolah menjadi krusial dalam membentuk generasi
unggul. Namun, kondisi gizi peserta didik masih menghadapi tantangan serius.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa 11% anak usia 5-12
tahun mengalami kekurangan berat badan, dan 19,7% mengalami kelebihan berat
badan atau obesitas. Di usia 13-15 tahun, angka anak kurus mencapai 7,6% dan
obesitas 16,2%, sementara pada usia 16-18 tahun, tercatat 8,3% kurus dan 12,1%
overweight atau obesitas.
Anemia menjadi permasalahan
besar, dengan prevalensi 15,3% pada anak usia 5-14 tahun dan 15,5% pada usia
15-24 tahun, yang sebagian besar disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia
berdampak langsung pada penurunan konsentrasi, energi, daya tahan tubuh, serta
kemampuan belajar anak. Masalah stunting akibat kekurangan gizi kronis sejak
masa awal kehidupan pun masih menjadi tantangan utama dalam pembangunan gizi
nasional.
Kebiasaan makan yang tidak
sehat semakin memperburuk situasi. Hasil SKI 2023 menunjukkan bahwa lebih dari
97% anak usia 5-19 tahun belum cukup mengonsumsi sayur dan buah. Selain itu,
sekitar separuh dari mereka mengkonsumsi minuman manis lebih dari sekali
sehari, dan sepertiga lainnya sering mengonsumsi makanan tinggi lemak seperti
gorengan. Kebiasaan jajan sembarangan di luar lingkungan sekolah juga
meningkatkan risiko terpapar makanan yang tidak memenuhi standar gizi dan
keamanan pangan, serta memperbesar kemungkinan terjadinya penyakit akibat
makanan (foodborne diseases).
Pemenuhan gizi yang optimal
berperan besar dalam mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh. Program
gizi sekolah, seperti MBG, diakui sebagai salah satu upaya penting dalam meningkatkan
kesehatan dan prestasi akademik siswa. Asupan gizi yang mencukupi berdampak
positif terhadap konsentrasi, daya ingat, semangat belajar, serta meningkatkan
kehadiran dan partisipasi anak dalam kegiatan sekolah. Bahkan, hal ini secara
tidak langsung dapat menurunkan risiko putus sekolah. Lebih dari itu, MBG tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi harian, tetapi juga mendorong
pengembangan karakter peserta didik. Melalui kebiasaan makan sehat di sekolah,
nilai-nilai seperti kedisiplinan, hidup bersih dan sehat, kepedulian sosial,
religiusitas, dan kebersamaan dapat ditanamkan untuk menciptakan generasi yang
sehat secara fisik maupun mental.
Program MBG juga mendukung
berbagai inisiatif pemerintah lainnya seperti Gerakan Sekolah Sehat (GSS),
Revitalisasi UKS, dimensi kesehatan dalam 8 Dimensi Profil Lulusan, serta
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH). Sasaran program ini mencakup
peserta didik dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar,
hingga pendidikan menengah.
Agar edukasi gizi dalam
Program MBG dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, penting untuk
menyampaikannya melalui berbagai pendekatan. Edukasi gizi tidak hanya dapat
diberikan secara formal dalam mata pelajaran (intrakurikuler), tetapi juga
melalui kegiatan kokurikuler (seperti proyek kelas atau praktik langsung),
ekstrakurikuler (seperti pramuka, teater, TIK, olahraga), dan pembiasaan
sehari-hari di lingkungan sekolah (seperti sarapan bersama, kantin sehat, atau
jam makan siang terstruktur). Selain itu, momen makan bersama juga dapat
dimanfaatkan sebagai sarana edukasi gizi dengan aktivitas interaktif sehingga
pesan gizi tersampaikan dengan cara yang menarik. Pendekatan ini memungkinkan
pesan-pesan gizi tersampaikan secara holistik, kontekstual, dan menyenangkan
bagi siswa.
Tidak hanya melalui guru atau
sekolah, peran teman sebaya juga berpengaruh besar dalam keberhasilan edukasi
gizi. Anak-anak cenderung meniru perilaku makan dan kebiasaan sehat yang
dilakukan oleh teman di sekitarnya. Oleh karena itu, menciptakan budaya positif
di antara sesama siswa, seperti saling mengingatkan untuk mengonsumsi buah,
memilih jajanan sehat, atau menjaga kebersihan saat makan akan memperkuat
pembelajaran yang diberikan di kelas maupun kegiatan sekolah lainnya.
Selain itu, keterlibatan orang
tua juga sangat penting dalam menyukseskan edukasi gizi pada Program MBG.
Kebiasaan makan anak tidak hanya dibentuk di sekolah, tetapi juga dipengaruhi
oleh pola asuh dan kebiasaan makan keluarga di rumah. Orang tua berperan dalam
menyediakan makanan bergizi, menjadi teladan dalam menerapkan pola hidup sehat,
serta memperkuat pesan-pesan gizi yang diperoleh anak di sekolah. Dengan adanya
sinergi antara sekolah, teman sebaya, dan keluarga, edukasi gizi dapat lebih
berkelanjutan, konsisten, dan berdampak jangka panjang pada perubahan perilaku
makan anak.
Dengan mempertimbangkan bahwa
peserta didik adalah sasaran utama Program MBG, penyusunan Modul Edukasi Gizi
menjadi langkah penting. Modul ini dirancang untuk memperkuat kapasitas
fasilitator dan pendidik dalam menyampaikan edukasi gizi secara efektif kepada
siswa. Pelatihan ini sangat diperlukan mengingat kompleksitas implementasi
program yang melibatkan banyak sektor serta beragamnya kapasitas satuan
pendidikan dalam memahami konsep gizi, menyiapkan infrastruktur, dan
melaksanakan kegiatan harian. Melalui pelatihan ini, diharapkan para
fasilitator mampu membimbing satuan pendidikan agar edukasi gizi menjadi bagian
yang terintegrasi dalam pelaksanaan Program MBG sekaligus menjaga kualitas
pelaksanaannya secara nasional.
Tujuan dan Sasaran Modul
Pelatihan Edukasi Gizi pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jenjang SD
bertujuan untuk: a) Menyediakan materi Edukasi Gizi pada Program Makan Bergizi
Gratis (MBG) di Jenjang SD yang terstandar; b) Membekali fasilitator dengan
pemahaman dan keterampilan dalam menyampaikan Modul Edukasi Gizi pada Program
Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jenjang SD; c) Menyediakan panduan teknis untuk
fasilitator dalam menyampaikan Modul Edukasi Gizi pada Program Makan Bergizi
Gratis (MBG) di Jenjang SD.
Adapun sasaran dari Modul
Edukasi Gizi pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jenjang SD ini adalah:
a) Pelatih di tingkat nasional dan daerah (Provinsi dan Kabupaten Kota); b) Fasilitator/guru
SD penerima program MBG
Pelatihan edukasi gizi pada
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di jenjang SD akan dilakukan secara
berjenjang, yang mencakup tiga tingkat pelaksanaan sebagai berikut:
1)
Tingkat Nasional: Pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers/TOT) yang
melibatkan kementerian pengampu UKS, yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri.
2)
Tingkat Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota): Pelatihan bagi perwakilan Tim
Percepatan Program Prioritas Makan Bergizi Gratis dari BBPMP/BPMP. Pelatihan
ini akan difasilitasi oleh para pelatih dari tingkat nasional.
3)
Tingkat Satuan Pendidikan: Sosialisasi dan pelatihan internal yang dipimpin
oleh kepala sekolah bersama tim pelaksana, ditujukan kepada guru yang akan
berperan sebagai fasilitator edukasi gizi kepada peserta didik, serta
orangtua/komite sekolah.
Sistem pelatihan berjenjang
ini dirancang untuk menjamin pemahaman yang menyeluruh serta pelaksanaan
program yang konsisten dan efektif di seluruh satuan pendidikan.
Apa Konsep Pendidikan Gizi di
Satuan Pendidikan? Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi individu yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Dalam konteks ini, membentuk peserta didik yang cerdas, berkarakter, dan
sehat menjadi landasan utama bagi pelaksanaan berbagai program pendukung pendidikan,
salah satunya adalah Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS merupakan
inisiatif yang dirancang untuk menumbuhkan kebiasaan hidup bersih dan sehat
secara menyeluruh di lingkungan sekolah, melalui pendekatan terpadu antara
pendidikan dan pelayanan kesehatan. Salah satu elemen penting dalam program ini
adalah edukasi gizi, yang bertujuan meningkatkan pemahaman siswa mengenai
pentingnya konsumsi makanan bergizi seimbang dan pola hidup sehat.
Agar edukasi gizi dapat
diimplementasikan secara efektif dalam satuan pendidikan, pendekatannya perlu
dilakukan melalui berbagai jalur, seperti kegiatan intrakurikuler (terintegrasi
dalam mata pelajaran seperti IPA, PJOK, atau Prakarya), kokurikuler (misalnya
proyek kelas atau praktik langsung), ekstrakurikuler (seperti Pramuka, TIK,
atau teater), maupun pembiasaan sehari-hari (contohnya program sarapan bersama,
kantin sehat, atau jam makan bersama yang terstruktur). Namun, agar integrasi
ini berjalan optimal, sekolah perlu melakukan analisis konteks terlebih dahulu.
Analisis ini bertujuan untuk memahami karakteristik dan kebutuhan sekolah serta
lingkungan sekitarnya, sehingga model pendidikan, termasuk edukasi gizi, dapat
diadaptasi secara tepat ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Analisis konteks menjembatani
antara standar ideal dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), seperti Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses (SP), dan Standar
Penilaian Pendidikan (SPP), dengan kondisi nyata di sekolah. Dalam praktiknya,
analisis konteks dilakukan melalui evaluasi diri sekolah menggunakan pendekatan
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Pendekatan ini
mencakup kajian internal, seperti strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan)
dalam hal peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana prasarana,
program sekolah, serta aspek geografis dan sosial budaya. Di sisi lain, kajian
eksternal mencakup opportunities (peluang) dan threats (tantangan) dari
lingkungan sekitar, termasuk keterlibatan komite sekolah, dinas pendidikan,
asosiasi profesi, dunia industri,
hingga sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat sekitar.
Melalui analisis konteks ini,
satuan pendidikan dapat merancang strategi integrasi edukasi gizi yang sesuai
dengan kondisi riil sekolah dan karakter peserta didiknya. Dengan demikian,
pelaksanaan edukasi gizi sebagai bagian dari UKS dapat dilakukan secara lebih
adaptif, relevan, dan berdampak nyata dalam mendukung kesehatan dan
perkembangan peserta didik.
Hasil analisis konteks tersebut
kemudian menjadi dasar sekolah untuk mengelola dan mengembangkan KTSP, termasuk
diantaranya mengintegrasikan edukasi gizi.
Isi Modul Edukasi Gizi Program
Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang SD (Sekolah Dasar) adalah sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.3 Sistem Pelatihan
Berjenjang
1.4 Konsep Pendidikan Gizi di
Satuan Pendidikan
1.5 Kurikulum/Kerangka
Pelatihan
1.6 Agenda Pelatihan
BAB II Topik Bahasan Edukasi
Gizi
2.1 Topik 1: Asal Usul Makanan
2.2 Topik 2: Fungsi Makanan
2.3 Topik 3: Gizi Seimbang
2.4 Topik 4: Kebiasaan Makan
Sehat
2.5 Topik 5: Jajanan Sehat
2.6 Topik 6: Masalah Gizi dan
Dampak
2.7 Topik 7: Pemilahan Sampah
Makanan
BAB III Pelaksanaan Edukasi
Gizi pada Saat Makan Bersama
3.1 Topik 1: Asal Usul Makanan
3.2 Topik 2: Fungsi Makanan
3.3 Topik 3: Gizi Seimbang
3.4 Topik 4: Kebiasaan Makan
Sehat
3.5 Topik 5: Jajanan Sehat
3.6 Topik 6: Masalah Gizi dan
Dampak
3.7 Topik 7: Pemilahan Sampah
BAB IV Integrasi Edukasi Gizi
dalam Kegiatan Pembelajaran Intrakurikuler
4.1 Bahasa Indonesia
4.2 Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)
4.3 Pendidikan Pancasila
4.4 Matematika
4.5 Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial
4.6 Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
4.7 Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti
4.8 Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti
4.9 Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti
4.10 Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti
4.11 Bahasa Inggris
BAB V Integrasi Edukasi Gizi
dalam Kegiatan Kokurikuler
BAB VI Integrasi Edukasi Gizi
dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Selengkapnya silahkan download
dan baca Salinan Modul Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang
SD (Sekolah Dasar).
Link download
Baca Juga Modul Pelatihan Implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Satuan Pendidikan (Sekolah)
Baca Juga Modul Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang TK PAUD
Baca Juga Modul Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang SMP
Baca Juga Modul Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang SMA SMK
Demikian informasi tentang Modul
Edukasi Gizi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Jenjang SD (Sekolah Dasar).
Semoga ada manfaatnya






No comments
Post a Comment
Buka Formulir Komentar