Pengertian Motivasi. Kata
motivasi berasal dari kata “motif”, yang berarti alasan melakukan sesuatu,
sebuah kekuatan yang menyebabkan seseorang bergerak melakukan suatu kegiatan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud, 1996:593) motivasi
didefinisikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Sondang P. Siagian
(2004:138), memberikan definisi motivasi sebagai daya dorong yang mengakibatkan
seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, tenaga dan waktunya dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan
demikian motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu bergerak untuk melakukan sesuatu keinginan mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Untuk
itu, motivasi adalah suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan
mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata lain,
motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap berbuat dan
menentukan ke arena mana yang hendak kita perbuat.
Motivasi
dapat dikatakan sebagai pengaruh kebutuhan dan keinginan pada intensitas dan
arah seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk mencapai tujuan dari
tingkat tertentu. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik
(2002:1973), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif, dan reaksi untuk mencapai
tujuan, juga sebagai dorongan dari dalam diri seseorang dan dorongan ini
merupakan motor penggerak.
Oleh
karena itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang terjadi
pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan), dan
faktor internal yang melekat pada setiap orang (pembawaan), tingkat pendidikan,
pengalaman masa lalu, keinginan atau harapan masa depan.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses
perubahan tenaga dalam diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk
bertingkah laku (dengan giat belajar) dalam usaha mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan
belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain
adalah hasil dari belajar, karena seseorang hidup dan bekerja menurut apa yang
telah dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah
suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung aktif dan
integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.
W.S
Winkel (1996:53) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan
perubahan-perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap,
serta perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan tetap. Sedangkan yang
dimaksud motivasi belajar adalah keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar.
Menurut Clayton Alderfer dalam Hamdhu
(2011) pengertian motivasi belajar
adalah kecenderungan siswa
dalam melakukan segala
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.
Nana
Sudjana (1988:17) mengatakan, bahwa belajar merupakan suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan yang ada dalam diri seseorang, perubahan
sebagai hasil, dan belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.
Sedangkan
Crow yang dikutip oleh A. Tabrani R (1994:121), memperjelas pentingnya motivasi belajar siswa atau motivasi dalam belajar, yaitu bahwa belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara
sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang
telah ada pada diri anak.
Oleh
karena itu, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau
kegagalan perbuatan belajar siswa, karena belajar tanpa adanya motivasi, sulit
untuk berhasil.
b. Pengajaran yang bermotivasi, pada hakikatnya adalah
pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang
ada pada siswa. Pengajaran yang demikian, sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam
pendidikan.
c. Pengajaran yang bermotivasi menurut kreativitas dan
imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara
yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada
siswa. Guru harus senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai
motivasi yang baik.
d. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan
menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam
kelas.
e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral
dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja
melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat
esensial dalam proses belajar mengajar.
Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa |
Berikut
ini beberapa definisi atau pengertian motivasi belajar menurut
para ahli
Menurut
H. Mulyadi (Mulyadi, Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan
Ampel, Malang, 1991:87) menyatakan bahwa definisi
atau pengertian motivasi belajar
adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan
individu melakukan perbuatan belajar
Menurut
Tadjab, (Tadjab MA Ilmu Pendidikan. Karya Abditama Surabaya 1990:102) pengertian motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut
Sardiman ( 1988:75 ) mengatakan bahwa :
definisi atau pengertian Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai
definisi atau pengertian Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai
Menurut
(Bophy, 1987) definisi atau pengertian motivasi belajar adalah
sebagai a general state dan sebagai a situationspecific state Sebagai a general
state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen yang mendorong
seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan
belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar muncul karena
keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan
memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan.
Menurut
McCombs (1991) pengertian motivasi
belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat
ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan,
memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk
mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat
dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.
Menurut
Afifudin (dalam Ridwan, 2008), pengertian
motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan kesemangatan atau
kegairahan belajar
Menurut
Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau pengertian motivasi belajar
adalah segala usaha di dalam
diri sendiri yang
menimbulkan kegiatan belajar,
dan menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar serta
memberi arah pada
kegiatan kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki tercapai.
Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat
non intelektual dan berperan
dalam hal menumbuhkan semangat
belajar untuk individu.
Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa
Motivasi tumbuh dan berkembang dalam diri seseorang, secara umum dengan jalan sebagai berikut:
a) Datang dalam diri individu itu sendiri atau disebut Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
b) Datang dari lingkungan atau sisebut Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
1. Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari
dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain,
tetapi atas kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui
seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang
terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan kebutuhan dari siswa
berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan itu. Namun
sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat, tidak ada cara
lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, lain belajar. Biasanya kegiatan
belajar disertai dengan minat dan perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa
: “Motivasi Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri
subyek yang belajar”.10 Namun terbentuknya motivasi intrinsic biasanya orang
lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan anak akan
kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Biarpun kesadaran
itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri, pengaruh dari
pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik
ialah kenyataan, bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
ialah belajar.
2. Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh
dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel
mengatakan “Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya
penggerak ialah belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan,
tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain, tidak
harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan
yang dihayati oleh orangnya sendiri, walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan
motivasi itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak adanya
pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada
dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain. Berdasarkan uraian di atas maka
motivasi belajar esktrinsik dapat digolongkan antara lain:
a.
Belajar demi memenuhi kewajiban.
b.
Belajar dmei menghindari hukuman.
c.
Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d.
Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e.
Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru dan orang tua).
f.
Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi
persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.
Berdasarkan
sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin
Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Motif primer (primery motive) atau motif dasar (basic
motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga
disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan
lagi ke dalam:
a) Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber
pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus,
seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat.
b) Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif
darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih
sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu.
2) Motif sekunder (secondary motive), menunjukkan pada
motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari
(conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain:
a) Takut yang dipelajari ( learned fear),
b) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai,
persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya),
c) Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi,
minat),
d) Maksud (purpose) dan aspirasi,
e) Motif berprestasi (achievement motive).
Pupuk Motivasi Belajar Siswa untuk Berprestasi |
Menurut
WS. Winkel (1983:27) motivasi belajar siswa
merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas
adalah gairah atau semangat belajar, sehingga seorang siswa yang bermotivasi
kuat, dia akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan
demikian, siswa yang mempunyai motivasi kuat, dia akan mempunyai semangat dan
gairah belajar yang tinggi, dan pada gilirannya akan dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
Seorang
siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu
berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita, dan kekuatan mental
tersebut, dapat tergolong rendah dan tinggi. Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi tergantung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar.
Setidaknya ada dua komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan dan
tujuan.
Siswa
yang termotivasi, ia akan membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya kepada
usaha mencapai tujuan dan akan mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh
tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain, motivasi memimpin dirinya ke arah
reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk dapat dihargai dan diakui oleh
orang lain.
Faktor
yang berasal dari luar individu yang berpengaruh terhadap seorang siswa dalam
belajar, di antaranya adalah pengaruh dari orang tua. Orang tua, merupakan
orang yang pertama kali mendidik anaknya sebelum anak tersebut mendapat
pendidikan dari orang lain. Demikian juga dengan hal pemenuhan kebutuhan rohani
(intrinsik) dan jasmani (ekstrinsik) bagi seorang anak, maka orang tualah yang
bertanggungjawab pertama kali.
Di
dalam mendidik dan memenuhi kebutuhan anaknya, maka diperlukan perhatian dari
orang tua. Peran utama bagi orang tua dalam lingkungan keluarga, yang
terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab
pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.
Sedangkan
bagi seorang anak, ketika melakukan proses belajar ada dua faktor yang menjadi
tenaga penggeraknya, yaitu motivasi ekstrinsik, yakni motivasi yang berasal
dari luar diri dan motivasi instrinsik yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri. Seorang anak yang belajar dengan motivasi yang rendah atau bahkan
tidak mempunyai motivasi, akan susah untuk diajak berprestasi, anak merasa
cepat puas dengan hasil yang diperoleh, apatis, tidak kreatif dan tidak fokus.
Dalam
kondisi seperti ini, peran orang tua sebagai motivator dituntut untuk mampu
membangkitkan motivasi belajar anaknya sehingga segala potensi yang dimiliki
anak terekspresikan dalam bentuk perilaku-perilaku belajarnya. Usaha orang tua
untuk membantu membangun motivasi belajar pada diri anak-anaknya, bukanlah
usaha yang mudah karena motivasi belajar ini sebenarnya harus sudah mulai
ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dari kecil. Dengan demikian, anak
diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya belajar untuk dirinya.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perhatian yang diberikan
orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pengaruh
tersebut, tergantung pada seberapa besar perhatian yang diberikan orang tua
kepada anaknya. Bila perhatian yang diberikan oleh orang tua besar, maka akan
mendorong munculnya motivasi belajar dalam diri anaknya, demikian pula
sebaliknya. Di mana pada akhirnya, prestasi belajar anak di sekolah yang
mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi anak
yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Dengan demikian, dapat diduga
adanya pengaruh yang signifikan dari perhatian orang tua terhadap motivasi
belajar siswa.
Jangan Jadikan Anak Kurang dalam Motivasi Belajar |
Indikator-indikator
Motivasi Belajar
Berikut
ini beberapa Indikator-indikator
Motivasi Belajar, antara lain
1) Disiplin; disiplin ialah
melatih dan mendidik (termasuk pelajaran mental dan moral) orang-orang terhadap
peraturan agar ada kepatuhan dan kemudian supaya dapat berjalan dengan tertib
dan teratur dalam organisasi." Disiplin merupakan suatu pelatihan dan
pendidikan kepada siswa agar dengan senang hati melaksanakan tugas-tugasnya
sesuai dengan perintah guru di sekolah.
2) Kepuasan; kepuasan belajar
adalah cara seorang siswa merasakan apa yang dipelajari dapat bermanfaat bagi
dirinya. Kepuasan merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap tugasnya
yang didasarkan atas aspek-aspek tugasnya. Seorang siswa yang memperoleh
kepuasan dari belajarnya akan mempertahankan prestasi belajarnya.
3) Keamanan; rasa aman sangat
berpengaruh terhadap semangat belajar siswa karenarasa aman akan menimbulkan
ketenangan kepada siswa di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar.
Adapun yang dimaksud dengan rasa aman adalah: (a) aman untuk menghadapi
masa depan seperti mempunyai nilai yang tinggi, dan (b) rasa aman di tempat
belajar, barang milik, dan barang fasilitas belajar dari sekolah. Rasa aman
ditempat belajar adalah suasana perasaan tenang pada saat siswa melaksanakan
tugas-tugasnya di ruangan belajar. Suasana tersebut dapat dilihat dari
perilaku siswa pada saat melakukan tugas-tugasnya. Mereka tidak merasa terancam
dan tertekan baik dari atas, sesama rekan siswa, dan pihak luar.
Barang-barang milik siswa dan inventaris fasilitas belajar yang ditinggalkan di
ruangan belajar maupun di lingkungan tempat belajar pun aman.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terhadap siswa ada
berbagai macam. Menurut Sardiman (2007:92), bahwa yang mempengaruhi
motivasi belajar pada siswa adalah: tingkat motivasi belajar, tingkat
kebutuhan belajar, minat dan sifat pribadi. Keempat faktor tersebut saling
mendukung dan timbul pada diri siswa sehingga tercipta semangat belajar untuk
melakukan aktivitas sehingga tercapai tujuanpemenuhan kebutuhannya.
Menurut
Dimyati & Mudjiono (2004:89), unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil.
Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian,
keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari
segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
b.
Kemampuan siswa
Keinginan seorang
anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan
akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c.
Kondisi siswa
Kondisi siswa yang
meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi
belajar.
d.
Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa
berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan
kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib
dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Siswa memiliki
perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat
pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi
dan perilaku belajar.
f.
Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang
pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa.
Sebagai pendidik, guru dapat memilil danmemilah yang baik. Partisipasi dan
teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan
dan memotivasi siswa.
Salah
satunya yang cukup bagus mendeskripsikan minat dan motivasi belajar siswa adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan
model yang diajukannya telah membuat sebuah instrumen pengukur minat dan
motivasi belajar.Ia mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa
melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS
(Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia :
Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.
Selain
dengan model ARCS, Anda dapat membuat sendiri Angket untuk megukur motivasi belajar siswa. Adapun
indikator-indikator yang dapat digunakan untuk penyusunan Angket tersebut,
seperti yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Engkoswara 2010:210), yaitu:
1.
Durasi
kegiatan (berapa lama penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan).
2.
Frekuensi
kegiatan (berapa sering kegiatan dalam periode waktu tertentu).
3.
Persistensinya
(ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4.
Devosi
(pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwa dan nyawanya).
5.
Ketabahan,
keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan.
6.
Tingkat
aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan ideologinya)
yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.
Tingkat
kualifikasinya prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya
(berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).
8.
Arah
sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike, positif atau negatif).
Atau
Anda bisa membuat indicator sendiri seperti sontoh indikator motivasi belajar siswa berikut
ini yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut:
1. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan
pelajaran yang dibutuhkan
3. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok
4. Keterlibatan siswa dalam diskusi kelas
5. Keaktifan siswa dalam mendengar penjelasan guru
6. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas individu dan
kelompok
7. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran
8. Timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa
9. Adanya keinginan untuk mendapatkan hasil yang terbaik
terutama dalam diskusi kelompok
10. Timbulnya semangat atau kegairahan pada diri siswa
dalam mengikuti pelajaran
Teori Motivasi Belajar
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang
beberapa teori motivasi antara lain adalah :
1. Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti
kesukaan, kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M Ngalim Purwanto
bahwa : “Hedonisme adalah aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan
hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat
duniawi”.6 Menurut pandangan teori ini manusia pada hakekatnya adalah mahluk
yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Orang yang
menganut teori ini setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, orang
tersebut cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan
kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, kesengsaraan,
penderitaan dan segala sesuatu yang mengakibatkan tidak enak.
Pengaruh dari teori ini adalah adanya
anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindar dari hal-hal yang sulit
dan yang menyusahkan diri sendiri dan yang mengandung hal-hal yang beresiko
berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kenangan baginya.
Sebagai contoh, siswa di suatu kelas akan bertepuk tangan bila mereka mendengar
guru yang akan mengajar matematika tidak akan masuk dikarenakan sakit, seorang
karyawan segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, akan tetapi menuntut gaji
dan upah yang tinggi. Dan
masih banyak lagi contobh yang lain yang
menunjukkan bahwa motivasi iti sngat diperlukan menurut teori Hedonisme, para
siswa dan karyawan tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara
tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan menenuhi
kesenangannya.
2. Teori Naluri
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu
dunia yang bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak di perlukan untuk hidupnya,
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, melangsungkan dan mengembangkan, manusia
membutuhkan makanan, udara, ilmu, pengetahuan, juga persahabatan, persekutuan
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan.
Daya-daya yang mendorong manusia dari dalam
untuk melaksanakan perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu.
Menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa :
“Naluri (dorongan nafsu) adalah kekuatan pendorong maju yang memaksakan dan
mengejar kepuasan dengan jalan mencari, mencapai sesuatu yang berupa
benda-benda ataupun nilai-nilai tertentu”.
Naluri merupakan kekuatan di dalam diri
manusia yang mendorong kita untuk maju dan memiliki benda-benda dan nilai-nilai
itu. Naluri adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu, manusia sebagai mahluk
yang sadar akan diri sendiri, akan tetapi menyadari bahwa ia didorong, ia
merasa bahwa ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan
bertindak. Dalam garis besarnya naluri (dorongan nafsu) dapat dibagi menjadi
tiga golongan :
a. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan
diri : Mencari makan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga
diri agar tetap sehat, mencari perlindungan diri untuk hidup aman.
b. Naluri (dorongan nafsu) mengembangkan diri
: Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya.
Pada manusia dorongan inilah yang menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan
makin tinggi.
c. Naluri (dorongan nafsu) mempertahankan dan
mengembangkan jenis : manusia secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga
agar jenisnya dan keturunannya tetap berkembang dan hidup. Naluri ini terjelma
dalam penjodohan dan perkawinan. Serta dorongan untuk memelihara dan mendidik
anak-anak.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu
maka kebiasan-kebiasaan atau tindakan dan tingkah laku manusia yang
diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri
tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus
berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Contoh,
seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering diejek dan dihina oleh
teman-temannya karena ia dianggap bodoh di dalam kelasnya. (naluri
mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang ke arah yang
negatif, kita perlu memberi motivasi, misalnya menyediakan situasi yang dapat
mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman
sekelasnya.
Sering kita melihat seseorang bertingkah
dalam melakukan sesuatu karena didorong oleh lebih dari satu naluri pokok
sekaligus, sehingga sukar bagi kita untuk menetukan naluri pokok mana yang
lebih dominan mendorong orang tersebut melakukan tindakannya yang demikian itu.
Sebagai contoh seorang pelajar sangat tekun
dan rajin belajar meskipun ia hidup diidalam kemiskinan bersama keluarganya.
Hal apakah yang mendorong pelajar tersebut sangat rajin dan tekun belajar?
Mungkin karena ia benar-benar ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri)
tetapi mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga
pada saatnya ia dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai
anak-anaknya (naluri mengembangjan dan mempertahankan jenis, dan naluri
mempertahankan diri).
3. Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau
perilaku manusia tidak berdasarkan nalurinaluri, tetapi berdasarkan pola-pola
tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang
belajar bila banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan
dibesarkan. Oleh sebab itu teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan.
Menurut teori ini, apabila seorang pendidik (guru) akan memotivasi anak
didiknya, pendidik (guru) itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
kehidupan dan kebudayaan anak-anak didiknya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan
seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula
mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam
menghadapi sesuatu masalah. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai mavam suku yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, banyak kemungkinan seorang guru di suatu sekolah akan menghadapi
beberapa macam anak didik yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang
berbeda-beda perlu adanya pelayanan dan pendekatan yang berbeda-beda pula,
termasuk pelayanan dalam pemberian motivasi terhadap mereka.
4. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori
Naluri dan Teori Reaksi. Daya pendorong adalah semacam Naluri, tetapi hanya
suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum, misalnya suatu
daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan
mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun cara-cara yang
digunakan dalam mengajar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut
berlain-lainan bagi tiap-tiap individu menurut latar belakang kebudayaan
masing-masing. Oleh karena itu menurut teori ini bila seorang pendidik (guru)
ingin memotivasi anak didiknya ia harus mendasarkannya atas daya pendorong,
yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan
yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil tinggal di daerah
pedalaman dan terpencil kemungkinan besar berbeda dengan cara memberikan
motivasi kepada anak yang dibesarkan dan hidup di kota-kota besar yang sudah
maju diberbagai bidang walaupun masalah yang dihadapi oleh siswa itu sama.
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut
orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Baik
kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu menurut teori ini
apabila seorang pendidik (guru) bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha
mengetahui lebih dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Sekarang ini telah banyak teoritisi psikologi
yang telah mengemukakan teori-teorinya tentang kebutuhan dasar manusia. Salah
satu teori kebutuhan yang sangat erat hubungannya dengan motivasi adalah teori
hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow. Maslow mengemukakan seperti
yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah : “Kebutuhan dasar manusia itu
terbentang, dalam satu garis kontinum dan berbentuk hirarki, dimulai dari
kebutuhan terbawah sampai dengan kebutuhan teratas. Semua diklasifikasi menjadi
lima macam kebutuhan dasar manusia yaitu (1) kebutuhan fisiologis, (2)
kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan harga diri dan (5)
kebutuhan aktualisasi diri”.
Maslow, dengan teori Hirarki Kebutuhan
menyatakan bahwa: “Kebutuhan fisiologis
kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri bisa juga disebut kebutuhan pertumbuhan, merupakan
kebutuhan tertinggi”.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas
dapat kita jelaskan kebutuhan apa yang masuk dalam tiap-tiap tingkatan
kebutuhan itu :
- Aktualis
- Harga
- Sosial
- Rasa aman
- Fisiologis
a. Kebutuhan fisiologis : kebutuhan ini
merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme
manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik,
kebutuhan sexs dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan,
seperti terjamin keamannnya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit,
perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
c. Kebutuhan sosial yang meliputi antara lain
kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota
kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk
kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat
dan sebagainya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, antara
lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri
secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
Tingkat atau hirarki kebutuhan dari Maslow
ini tidak dimaksudkan sebagai suatu kerangka yang dapat dipakai setiap saat,
tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan sewaktu-waktu
bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang dapat dipakai
untuk mendorong seseorang yang akan dimotivasi bertindak melakukan sesuatu.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat
mengamati bahwa kebutuhan manusia itu berbeda-beda, faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang
pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau
filsafat hidup, cita-cita dan harapan masa depan dari tiap-tiap individu.
Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut
teori Maslow, kehidupan tiap manusia dapat dijelaskan sebagai berikut : Pada
mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah kebutuhan fisiologis
seperti pangan, sandang, papan dan kesehatan. Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis
ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan yang mendesak adalah kebutuhan
yang mendesak, amak timbul kebutuhan lain yang mendesak yaitu kebutuhan akan
penghargaan. Demikian seterusnya sampai kepada tingkat kebutuhan aktualisasi
diri, ingin menjadi orang terkenal dan ternama. Namun janganlah diartikan bahwa
kehidupan manusia itu akan mengikuti urutan kelima tingkat kebutuhan fisiologis
sampai dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri, proses kehidupan manusia itu
berbeda-beda dan tidak selalu menuruti garis lurus yang meningkat,
kadang-kadang melompat dari tingkat kebutuhan tertentu ke tingkat kebutuhan
lain dengan melampaui tingkat kebutuhan tertentu yang lain dengan melampaui
tingkat kebutuhan yang berbeda diatasnya. Atau pula kemungkinan terjadi
lompatan balik dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi ke tingkat kebutuhan di
bawahnya. Dengan demikian pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang
berbeda dengan orang-orang lain.
Motivasi merupakan proses yang tidak dapat diamati, tetapi ditafsirkan melalui tindakan individu yang bertingkah laku, sehingga motivasi merupakan konstruksi jiwa. Kedudukan motivasi sejajar dengan isi jiwa sebagai cipta (kognisi), karsa (konasi), dan rasa (emosi) yang merupakan tridaya. Apabila cipta, karsa dan rasa yang melekat pada diri seseorang dikombinasikan dengan motivasi dapat menjadi catur daya atau empat dorongan yang dapat mengarahkan individu untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan.
Menurut McDonald (Wasty, 2000:191) motivasi adalah merupakan perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Di dalam perumusan pendapat Mc Donald tersebut di ini bila dicermati ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perbuatan tertentu
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis lalu merupakan suasana emosi. Suasana ini menimbulkan kelakuan yang bermotif Perubahanini bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan.
3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.
Sejalan dengan pendapat McDonald di atas Makmun (2001:37) mengatakan bahwa pada esensinya motivasi itu merupakan:
1. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya energi.
2. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisasi) untuk bergerak ( to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Psikolog Gestalt mengatakan bahwa motivasi merupakan produk dari ketidaksesuaian dari sebuah pase kehidupan. Dalam pase kehidupan itu meliputi tujuan-tujuan yang positif atau negatif yang ingin diraih atau dihindarkan. Artinya bahwa motivasi itu timbul akibat adanya dorongan-dorongan lain yang ada dalam organisme. Bigge (2002:73) mengatakan bahwa organism drives such as hunger, thirst and sexual need; and for emotionals such as fear, anger and “love”--produce behaviors that predictable and irresistible.
Selanjutnya ahli perilaku (behavioriest) berpendapat bahwa motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu sebagai akibat adanya rangsangan yang mendahuluinya. Seluruh motivasi timbul secara langsung dari dorongan-dorongan organisme, emosi-emosi dasar atau dari kecenderungan untuk merespons terhadap dorongan-dorongan dan emosi-emosi tersebut. Dorongan organisme seperti lapar, haus dan kebutuhan seksual (sexual need) dan dorongan emosi seperti rasa takut, marah keduanya membentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diprediksi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa tingkah laku yang tampak pada diri seseorang itu dipengaruhi oleh stimulus-stimulus dari dalam dan dari luar diri manusia. Seperti rasa lapar, haus, kebutuhan seksual, takut, marah, cinta dan lain-lain. Stimulus-stimulus inilah merupakan motif atau dorongan yang mempengaruhi seseorang untuk berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Sementara itu Murray (dalam Arikunto 2003:67) mengatakan: bahwa motivasi merupakan konstruk (konsep hipotetik) yang terdiri atas kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang dalam upayanya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dirinya.
Dari teori Murray di atas menunjukkan bahwa rangsangan dari luar memegang peranan penting bagi tumbuhnya motivasi, merkipun motivasi yang timbul dari dalam merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan motivasi yang ditimbulkan dari luar, namun tetap peranan guru di dalam menimbulkan motivasi siswa tetap diperlukan untuk dapat merubah persepsi dan perilakunya di dalam proses belajar.
Menurut Purwanto (2002: 72), ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi ialah:
(1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk menjelaskan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang;
(2) Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk itu dapat dipercaya, dapat dilihat dari kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforcement) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Komponen lain dalam motivasi, yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi Belajar Siswa akan Menentukan Prestasi Belajar Siswa |
Teori stimulus respons (S-R) atau teori rangsang reaksi dalam llmu jiwa menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditimbulkan oleh kejadian-kejadian yang datang dari dalam atau pun dari luar dirinya, sedangkan arah dari perilaku tersebut ditentukan oleh hubungan mekanisme dari S-R yang bersangkutan
Motivasi siswa secara alami harus terjadi karena hasratnya untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan alasan-alasan atau cita-cita yang mendasarinya untuk berpartisipasi dalam proses akademik. Karena, walaupun mungkin siswa dapat dimotivasi secara sama untuk melakukan suatu perbuatan, akan tetapi sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda.
McDonald mengatakan bahwa ahli psikologi telah mempelajari bagaimana seseorang belajar dengan kecenderungan-kecenderungan motivasi yang relatif stabil. Salah satu konsep dasar untuk menerangkan kecenderungan itu adalah adanya kebutuhan. Kebutuhan adalah kecenderungan umum yang termotivasi dengan cara-cara khusus.
Sementara itu teori-teori Gestalt cenderung untuk menghindari pemakaian konsep-konsep tingkah laku (behavioristic concepts), seperti dorongan (drive), pengaruh (effect), dan penguatan (reinforcement) pada satu sisi dan konsep-konsep mentalistik seperti vitalisme, dan kesadaran pada sisi lainnya. Bagi mereka ada beberapa konsep yang berkaitan dengan motivasi, yaitu cita-cita (goal), harapan (expectancy), niat (intention) dan tujuan/sasaran (purpose). Dalam kerangka referensi Gestalt tingkah laku adalah fungsi sebuah situasi total. Orang berinteraksi dalam lapangan (wilayah) dorongan-dorongan psikologis. Lapangan psikologis meliputi tujuan dan cita-cita, interpretasi obyek dan kejadian fisik yang relevan, memori dan antisipasi. Dengan demikian motivasi tidak dapat diuraikan hanya dengan sebuah gerakan hati (an impulse) terhadap perbuatan yang digerakkan oleh stimulus. Lebih dari itu ia timbul dari situasi psikologis yang dinamis yang ditandai dengan hasrat seseorang untuk berbuat sesuatu.
Berdasarkan paparan di atas dapat dipahami bahwa sebenarnya motivasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia, karena pada hakekatnya kehidupan adalah kebutuhan dan harapan. Motivasi yang ada manusia dapat bersumber dari diri manusia itu sendiri (intrinsik) atau juga dari luar (ekstrinsik). Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu motivasi intrinsik sebaiknya ditimbulkan dan diaktifkan dalam diri setiap individu.
Lepper (1988) mengatakan bahwa motivasi instrinsik mendorong siswa untuk beraktivitas karena adanya kesenangan, harapan, dan timbulnya perasaan sempurna, sedangkan motivasi ekstrinsik mendorong siswa beraktivitas untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
Berdasarkan pendapat Lepper di atas dapat dipahami motivasi belajar itu timbul secara internal dan juga eksternal. Seseorang melakukan suatu aktivitas karena aktivitas itu bermakna, adanya kesenangan, harapan, perasaan berprestasi, atau apa pun juga yang menjadi pendorong (motif) seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk beraktivitas yang timbulnya dari luar seperti adanya hukuman, hadiah dan di luar aktivitas itu sendiri yaitu adanya tingkatan, ikatan-ikatan atau restu guru.
Memahami bagaimana pengalaman-pengalaman sekolah yang berbeda dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah penting untuk membedakan berbagai kualitas situasi belajar yang dirasakan; menarik, senang, berarti secara pribadi atau relevan versus situasi belajar yang dirasakan membosankan, menjenuhkan, tidak bermakna, atau tidak relevan dari perspektif individu. Pada kasus pertama, motivasi belajar secara alami terdorong oleh tugas-tugas belajar yang dirasa mengasyikkan atau secara pribadi bermakna. Pada kasus yang kedua, motivasi belajar harus dirangsang dari luar untuk menanggulangi kurangnya motivasi intrinsik yang disebabkan oleh persepsi belajar siswa bahwa tugas-tugas belajar membosankan atau secara pribadi tidak bermakna.
Dalam banyak situasi belajar yang ditentukan secara eksternal, pilihan-pilihan dibatasi untuk mengontrol dan memanaj pikiran dan perasaan internal. Pemilihan perilaku itu sedikit. Menurut McCombs. (2002 :1) perbedaan yang penting lainnya, apakah motivasi merupakan respons alami terhadap keingintahuan pembelajar atau pembelajar tersebut harus mengerahkan segenap tenaganya untuk mengatur perasaan-perasaan yang timbul dari pemikiran negatif tentang kondisi-kondisi eksternal (seperti guru, kurikulum, dan praktek-praktek pembelajaran)
Selain motivasi intrinsik dan
ekstrinsik di atas ada lagi motivasi
lain yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif menimbulkan
semangat dan kekuatan dalam diri setiap individu. Hal itu terjadi karena pada
setiap diri manusia senang pada hal-hal yang baik dan senang akan pujian.
Sementara motivasi negatif akan memberikan dampak yang kurang baik untuk
jangka panjang akan tetapi akan berdampak pada semangat kerja yang baik untuk
jangka pendek. Hal ini terjadi karena motivasi negatip sifatnya adalah teguran
dan peringatan terhadap kekeliruan yang dilakukan dan untuk menjadi perhatian
untuk melakukan kegiatan yang akan datang.
Dalam prakteknya kedua jenis motivasi itu sering digunakan dalam suatu kelompok aktivitas. Yang harus diperhatikan adalah kapan motivasi positif atau negatif dapat merangsang secara efektif kegairahan beraktivitas dalam diri individu. Motivasi positip untuk jangka panjang sementara motivasi negatip untuk jangka pendek.
Oleh karena itu McCombs (2002:2) mengatakan:
“Another key to motivation to learn is helping students see ways they can change negative thinking and make learning fun by relation to the personal interest, working with other in meeting learning goals and being able to make choices—have a voice—in their own learning process”.(Salah satu cara memotivasi siswa untuk belajar adalah dengan menolong mereka untuk melihat cara-cara yang dapat merubah pemikiran negatif dan membuat belajar menyenangkan dengan mengkaitkannya kepada kepentingan pribadi, bekerja sama dalam mencapai tujuan dan dapat membuat pilihan, memiliki pendapat dalam proses pembelajaran mereka).
Dorongan yang ada pada diri seseorang itu sering berwujud kebutuhan (needs), kemauan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati. Dorongan tersebut disadari atau tidak disadari oleh seseorang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan itu pun pada dasarnya akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan menjadi alasan mengapa seseorang itu melakukan suatu tindakan atau kegiatan. Dorongan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang menggerakkan tingkah laku orang itu untuk dan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian dorongan akan menimbulkan kegiatan yang bertujuan dan akan mempengaruhi tingkah laku seseorang yang memiliki dorongan itu.
McClelland (dalam Arikunto 2003:67) telah mengadakan penelitian tentang motivasi yang dikenal dengan studi pengukuran “N’ Ach”, merupakan sebuah istilah popular di dalam bidang pendidikan, yaitu singkatan dari “need for achievement”, suatu bentuk kebutuhan (need) yang dimiliki oleh seseorang untuk suatu pencapaian (achievement). Biasanya orang yang memiliki keinginan untuk memperoleh sesuatu di dalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat untuk mencapai keinginannya itu. Dorongan kuat itulah yang dinamakan motivasi.
Dilihat dari segi motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurut (sequential), yaitu:
(1) Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri organisme atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu).
(2) Motivated behavior (bergeraknya organisme ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya).
(3) Satisfied conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri organisme pulih kembali).
Gibson dan kawan-kawan (dalam Gito dan Mulyana 2001:178) melukiskan proses motivasi pola awal berasal adanya kebutuhan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi yang kemudian menyebabkan orang mencari jalan memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Pencarian jalan itu akan diwujudkan kepada perilaku yang diarahkan pada tujuan individu yang belum terpenuhi/tidak terpenuhi).
Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan itu timbul karena adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau disebabkan oleh perangsang kejadian-kejadian di lingkungan organisme. Begitu terjadi perubahan tadi, maka timbul energi yang mendasari kelakuan ke arah tujuan. Jadi, timbulnya kebutuhan inilah yang menimbulkan motivasi pada kelakuan seseorang.
Kebutuhan dapat mendorong, menguatkan, dan mengarahkah perilaku seseorang baik untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan tersebut maupun untuk memcapai suatu tujuan. Tingkatan kebutuhan menurut Maslow menurut Sudjana (2000:167).dimulai dari kebutuhan yang paling rendah dan menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah menjadi syarat untuk memenuhi setiap kebutuhan yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk diakui dan dihargai, dan kebutuhan pengembangan diri/ aktualisasi diri.
Bila dijelaskan dari kelima kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menyangkut fungsi biologis dari organisme individu sebagai manusia, seperti kebutuhan sandang, papan, pangan, kesehatan dan sebagainya.
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan adalah kebutuhan individu untuk merasa terjamin dari segala bahaya dan hal-hal yang akan merusaknya.
3) Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang meliputi keinginan untuk diperhitungkan dan diakui dalam kelompok, seperti kebutuhan untuk dicintai, kerjasama dan lain-lain.
4) Kebutuhan diakui dan dihargai adalah kebutuhan karena prestasi, kemampuan, kedudukan ataupun status individu dalam kelompok.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki individu untuk mengembangkan diri secara maksimal, berkreativitas dan mengekspresikan diri.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disintesiskan bahwa motivasi belajar siswa adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga dorong yang mempengaruhi persepsi dan perilaku siswa dalam belajar dan menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas dalam belajar sebagai seorang siswa yang dilakukan secara sistematis, kontinyu dan progresif mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Peran Guru
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, guru
mempunyai peran penting dalam keberhasilan belajar siswa, beberapa peran itu
antara lain :
1.
Mengenal setiap siswa yang diajarkan secara pribadi. Dengan mengenal setiap
siswa secara pribadi, maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara
tepat. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
dilakukan secara tepat pula walaupun guru itu berhadapan dengan kelompok siswa
dalam kelas. Apabila guru mengenal siswanya secara pribadi dia akan mampu pula
memperlakuk,an setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan
dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki setiap siswa itu.
2.
Mampu memperlihatkan interaksi yang menyenangkan, interaksi yang menyenangkan
ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan
akan melakukan perbuatan yang tidak berkenan bagi gurunya. Interaksi yang
menyenangkan ini dapat membuat suasana sehat dalam kelas, suasana yang
menyenangkan dan sehat itu menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya
belajar. Dengan demikian motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.
3.
Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakan secara tepat.
Penguasaan berbagai metode dan teknik mengajar serta penerapannya secara tepat
membuat guru mampou mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas.
Pada para siswa, tes utama di sekolah dasar sering timbul Susana cepat bosan
dengan keadaan yang tidak berubah. Guru harus menyimak perubahan suasana kelas
sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat
mengembalikan gairah belajar siswa antara lain dengan merubah metode dan teknik
mengajar pada waktu Susana bosan itu mulai muncul.
4.
Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindari konflik dan frustasi.
Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun.
Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan pada upaya
menghilangkan konflik dan fustasi itu. Energi mereka habis terkuras untuk
memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar dengan
baik. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi
itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat dikembalikan kepada
kegiatan belajar. konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan
motivasi belajar anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajarnya.
5.
Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan
dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa
secara tepat sesuai denga hal-hal yang diketahuinya dari tiap siswa itu.
Dengan penerapan peranan seperti di atas,
maka guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada
gilirannya guru akan mampu pla mengunakan teknik, motivasi secara tepat, baik
dalam suasana kelompok maupun dalam suasana individual.
Adapun
upaya lain untuk meningkatkan motivasi
belajar menurut Robert (1990:153) yaitu:
a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Kehadiran siswa di
kelas merupakan awal dari motivasi belajar. Untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa merupakan bimbingan tindak pembelajaran bagi guru. Dalam upaya
pembelajaran, guru harus berhadapan dengan siswa dan menguasai seluk beluk
bahan yang diajarakan kepada siswa. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa
prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Belajar menjadi bermakna jika siswa
memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar
secara hierarkis.
2) Belajar menjadi bermakna bila siswa
dihadapkan pada pemecahana masalah yang menantangnya, oleh karena itu peletakan
urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik.
3) Belajar menjadi bermakna bila guru
mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu
oleh karena itu guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau
proyek.
4) Kebutuhan bahan belajar siswa semakin
bertambah, oleh karena itu guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana
sampai paling menantang.
5) Belajar menjadi menantang bila siswa
memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan
dikemudian hari, oleh karena itu guru perlu memberi tahukan kriteria
keberhasilan atau kegagalan belajar.
b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur yang ada
di lingkungan maupun dalam diri siswa ada yang mendorong dan ada yang
menghambat kegiatan belajar. Oleh karena itu guru yang lebih memahami
keterbatasan waktu bagi siswa dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur
dinamis tersebut dengan jalan :
1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk
mengungkap hambatan belajar yang dialaminya.
2) Memelihara minat, kemauan, dan
semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar.
3) Meminta kesempatan pada orang tua
atau wali, agar member kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam
belajar.
4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan
yang mendorong belajar.
5) Menggunakan waktu secara tertib,
penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar.
6) Guru merangsang siswa dengan penguat
memberi rasa percaya diri.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan
siswa
Guru wajib
menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa
belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut
dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar
sebelumnya dan bertanya kepada guru apa yang mereka tidak mengerti.
2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar
bagi siswa.
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
4) Guru mengajarkan cara memecahkan
kesukaran tersebut dan mendidik kebenaran mengatasi kesukaran.
5) Guru mengajak siswa mengalami dan
mengatasi kesukaran.
6) Guru memberi kesempatan siswa untuk
menjadi tutor sebaya.
7) Guru memberi penguatan kepada siswa
yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri.
8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan
siswa agar belajar secara mandiri.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Pengembangan
cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan
cita-cita tersebut ditempuh dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu.
Penguat berupa hadiah diberikan pada setiap siswa yang berhasil. Sebaliknya
dorongan keberanian untuk memiliki cita-cita diberikan kepada siswa yang
berasal dari semua lapisan masyarakat.
Sumber Bacaan:
A.
Tabrani R (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosda Karya
Abin
Syamsudin Makmun (2001), Psikologi Kependidikan, Jakarta: Remaja Rosda Karya
Depdikbud
(1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Nana
Sudjana dan Daeng Arifin. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Oemar
Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sondang
P. Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
WS.
Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia,
1983
W.S.
Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.